Setelah manusia mengakui segala kebesaran Allah, maka pada ayat kedua
ini Allah melalui surat al-Fatihah menasehatkan manusia supaya melakukan
pendekatan pribadi kepada-Nya, yaitu dengan cara memuji-Nya.Ini adalah
langkah pertama yang harus dilakukan manusia setelah ia menegaskan
pengakuan tadi.
Sebenarnya, kebesaran Allah tidaklah berkurang tanpa
pujian manusia dan segenap makhluk, dan kebesaran-Nya pun tidak pula
bertambah dengan adanya pujian-pujian itu. Dengan demikian, ayat ini
sebenarnya lebih menekankan kepada pengajaran [at-Ta’lîm] dan pendidikan
[at-Tarbiyah] kepada manusia bagaimana dia berkomunikasi dengan Tuhan
yang telah dikenalnya tadi.
Pujian kepada Tuhan bukan tanpa sebab.
Ia adalah pujian atas seluruh kenikmatan yang telah diterima manusia.
Kenikmatan terbesar dari Tuhan kepada manusia, pada titik ini, adalah
kenikmatan berupa pengetahuan manusia atas Tuhannya. Ia bukan kenikmatan
dalam arti sempit seperti limpahan rezeki material dan semacamnya. Pada
saat seorang hamba membaca ayat ini, sebagaimana disabdakan oleh Nabi
Saw, maka Allah Swt mengikutinya dengan ucapan hamida-nî ‘abdî, hambaku
telah memujiku. Masih menurut Nabi Muhammad Saw, pada saat hamba
mengucapkan ayat ini, maka itu berarti hamba tersebut bersyukur kepada
Tuhan, sehingga Tuhan pun akan menambahi rezeki.
Kita sebagai manusia ciptaan Allah terjebak oleh tempat dan waktu. Hal ini menyebabkan selalu ada awal dan akhir pada setiap keadaan. Sekecil apapun yang kita dapatkan atau lakukan, kita harus diawali dengan mengucapkan bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Sebab jika kita memulai tanpa Bismillah dan mengakhiri dengan Alhamdulillah maka semua yang kita lakukan sangat tak berarti karena tanpa kehadiran Allah. Sebaliknya, sekecil apapun yang kita dapatkan atau kita lakukan sangat besar nilainya dengan kehadiran Allah dengan mengucapkan Bismillah dan mengakhiri dengan Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar